Beberapa waktu lalu, saya membaca buku “The Power of Simplicity” karangan Jack Trout dan Steve Rivkin. Saya pernah baca sekilas edisi Englishnya tapi karena bahasanya terlalu rumit buat saya, kemudian saya mencari2 edisi Indonesiannya. Cerita punya cerita ternyata buku tersebut ada di lemari buku bos saya. Dengan enteng saja, buku ini aku pinjam, kayak Mas Iwan Fals.
Buku ini mengajak orang untuk berbisnis dengan sederhana, dengan jargon-jargon kesederhanaan, kata-kata mutiara dari orang-orang terkenal jadul (jaman dulu) dan tentu saja contoh-contoh penyelesaian yang sederhana pula. Pokoknya semakin sederhana kita berbisnis, semakin maju. “Menggugah” kutipan dari Booklist yang memberi komentar. Dan benar-benar menggugah buat saya. Membelalakan mata saya akan kesederhanaan. Membuka pikiran saya.
Apalagi di bab akhir yang banyak sekali mengutip kalimat-kalimat dari beberapa tokoh terkenal. “Kesederhanaan karakter adalah hasil alami dr pemikiran mendalam.” Begitu kata Thomas Hazlitt, pengarang esai dari Inggris.
Atau kata Hendri Deterding, seorang Dirut Royal Dutch Oil, “Setiap saya menerima usulan bisnis yang, setelah saya merenung, tidak bisa saya sederhanakan, saya mengabaikannya.” “Dari sesuatu yang sangat kompleks, keluar sesuatu yang sangat sederhana” kata Winston Churchill. Kata Edward Teller seorang Fisikawan sungguh menarik, “Mengejar kesederhanaan dalam hidup, dalam dunia, di masa depan, adalah inisiatif paling bernilai.”. Yang jauh lebih fantastis adalah kata-kata Albert Einstein, “Materi kesuksesan seperti dilihat orang lain, publisitas, kemewahan, bagi saya semua itu menjijikan. Saya percaya bahwa gaya hidup sederhana dan bersahaja adalah gaya hidup terbaik bagi semua orang, baik tubuh maupun jiwa.”
Atau kata Hendri Deterding, seorang Dirut Royal Dutch Oil, “Setiap saya menerima usulan bisnis yang, setelah saya merenung, tidak bisa saya sederhanakan, saya mengabaikannya.” “Dari sesuatu yang sangat kompleks, keluar sesuatu yang sangat sederhana” kata Winston Churchill. Kata Edward Teller seorang Fisikawan sungguh menarik, “Mengejar kesederhanaan dalam hidup, dalam dunia, di masa depan, adalah inisiatif paling bernilai.”. Yang jauh lebih fantastis adalah kata-kata Albert Einstein, “Materi kesuksesan seperti dilihat orang lain, publisitas, kemewahan, bagi saya semua itu menjijikan. Saya percaya bahwa gaya hidup sederhana dan bersahaja adalah gaya hidup terbaik bagi semua orang, baik tubuh maupun jiwa.”
Mungkin sesederhana ayat ini. “…, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Qur’an dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan) nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al Muzammil : 20). Begitu pula dengan ayat-ayat yang lain. Sungguh Islam mengajarkan kita dengan sederhana, untuk hidup sederhana, dengan cara yang sederhana dan tujuan yang juga sederhana. Tapi pernahkah kita berpikir?
Pernah kita mendengar riwayat nabi Muhammad SAW, yang begitu sederhana menjalani hidup, begitu bersahaja, begitu santun tapi juga begitu tegas. Salah satu riwayatnya mungkin sudah sering anda dengar, yakni pernah nabi Muhammad SAW setiap berjalan menuju suatu tempat, pasti ada si Fulan yang meludahi, melempari dan mencaci maki. Tapi oleh Rasulallah hanya dibalas senyum. Kemudian di suatu hari, Rasulallah kaget karena beliau tidak mendapat perlakuan seperti biasanya. Beliaupun bertanya kepada tetangga si Fulan dan mengetahui bahwa si Fulan sedang sakit. Nabi Muhammad SAW kemudian bergegas menuju rumah si Fulan, mendapatinya sedang sakit, kemudian beliau mendoakan. Masuklah si Fulan ke Islam. Sungguh mulia akhlak beliau, sungguh santun. Kalau perlakuan si Fulan yang sangat tidak baik seperti itu saja Rasul sangat santun menghadapinya, bagaimana dengan perlakuan kaum Quraisy terhadap beliau sehingga beliau bersedia mengangkat pedang? Sungguh suatu kesederhanaan yang sangat dalam. Tapi pernahkah kita berpikir?
Setelah membaca buku “The Power of Simplicity”, saya tarik kesimpulan bahwa Islam mengajarkan kesederhanaan sejak tahun 600an. Ajaran Islam adalah sungguh benar adanya. Ini bukti nyata kebenaran Islam yang diungkapkan oleh dua orang Yahudi secara tidak sengaja dengan akal sehat mereka.
Mari kita merenungkan beberapa ayat ini:
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu, (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al Qur’an). (An Nisa’ : 174)
Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran. (Shaad : 29)