Ternyata kupat yang disajikan dengan santen memiliki filosofi dan pesan tersendiri. Menurut Rojil Nugroho Bayu Aji sejarawan dari Universitas Negeri Surabaya: “ketupat atau kupat diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga. Kupat santen dimaknai dengan: kulo lepat, nyuwun ngapunten (dalam bahasa jawa yang artinya: saya salah, mohon dimaafkan)”.
Kupat juga dimaknai dengan laku papat (dalam bahasa jawa yang artinya: empat tindakan). Empat tindakan itu apa saja? Yaitu: Lebaran, Luberan, Leburan, Laburan. Bagaimana penjelasannya? Silahkan terus membaca tulisan ini sampai akhir. Siap?
Pertama, Lebaran bisa dimaknai dengan “bar” atau "usai" yang menandakan berakhirnya watu berpuasa dalam Ramadhan, namun bukan selesai ibadahnya lalu bermaksiat lagi. Lebaran dimaknai juga dengan "lebar" yang berarti pintu ampunan yang terbuka lebar, maka harus makin lebar amalan yang kita lakukan setelah Ramadhan.
Kedua, Luberan memiliki makna meluber atau melimpah. Harapannya setelah Ramadhan makin meningkat iman, amal, nafkah. Rezeki makin meluber atau melimpah. Terus meningkat sedekah dan penafkahan, kemudian makin banyak silaturahmi, ini juga bikin rezeki makin meluber atau melimpah.
Ketiga, Leburan memiliki makna habis dan melebur. Artinya, pada momen setelah Ramadhan semua dosa dan kesalahan akan melebur habis, hubungan dengan sesama manusia (hablum minannas) saling memaafkan satu sama lain. Hubungan dengan Allah (hablum minaallah) bermunajat dan doa memohon ampunan sehingga dosa habis dan melebur.
Keempat, Laburan berasal dari kata "labur" atau kapur. Kapur adalah zat yang biasa digunakan sebagai penjernih air maupun pemutih dinding. Artinya hati kembali putih bersih. Setelah memohon ampunan pada Allah dari dosa, saling bermaaf-maafan pada sesama manusia. Berharap menjadi pribadi yang jernih, putih bersih, mempunyai semangat baru yang lebih baik.
Begitu banyak pesan baik dari ketupat, saat seseorang membuat ketupat yang terbuat dari janur, maka janur itu juga memberikan pesan baik. Janur dalam bahasa Arab “ja'a” (datang) “nur” (cahaya) bermakna “telah datang cahaya” sedangkan masyarakat Jawa mengartikan janur dengan “sejatine nur” (cahaya). Secara metaforis dapat dipakai untuk merujuk keadaan suci manusia setelah mendapatkan cahaya selama Ramadhan.
Semoga kita dapat meneruskan kebaikan-kebaikan Ramadhan, dipertemukan kembali pada Ramadhan berikutnya, dapat mengambil pesan tersembunyi dari ketupat, makin bisa meluaskan manfaat, dan pada akhirnya Saya dan Keluarga menghaturkan Mohon Maaf Lahir dan Batin.